Ketika pertama kali membuat akun
Facebook, alasan yang pertama yang ada dalam benak saya adalah untuk tetap
menjaga silaturahmi dengan teman-teman baik yang ada di SMK Negeri 1 Cimahi
atau yang ada di SMP Negeri 9 Bandung. Kenapa memilih Facebook dan bukan yang
lain? Alasannya adalah karena jejaring sosial yang saya miliki saat itu yang
bernama Friendster sudah “tidak laku” dan banyak teman yang meninggalkannya.
Beberapa saat selanjutnya, alasan
itu pun berganti. Selain tetap bersilaturahmi dengan kawan-kawan di Facebook,
alasan saya untuk tetap aktif di Facebook adalah untuk bermain game online yang
disediakan oleh para developer game Facebook, semisal : Farmville,
FrontierVille, CityVille, The Sims dan lain sebagainya.
Akan tetapi, saat ini alasan saya
untuk tetap membuka Facebook selain bersilaturahmi dengan teman adalah juga
untuk mengetahui berita dan lebih up to
date dalam dunia sepak bola, dunia Islam dan juga berita sosial politik
yang ada di negeri ini.
Seperti halnya bentuk teknologi
yang lahir dari tangan manusia, Facebook memiliki sisi positif dan sisi negatif
bergantung dari para penggunanya sendiri. Seperti halnya pisau yang juga
merupakan bentuk teknologi dari zaman lampau. Pisau bisa menjadi hal yang
positif ketika digunakan untuk memasak dan menghasilkan masakan yang enak. Akan
tetapi bisa menjadi hal yang negatif ketika digunakan untuk membunuh atau
menyakiti orang lain. Tapi, yang kita persalahkan pasti bukanlah pisaunya,
karena yang bersalah adalah si penggunanya.
Begitu pun dengan Facebook. Sisi
positif yang saya rasakan adalah sebagai berikut :
1. Sarana
Silaturahmi.
Seperti
tujuan awal Mark Zuckenberg sang empunya Facebook, bahwa Facebook adalah sarana
yang dia buat untuk menemukan kawan-kawan lamanya.
2. Sarana
menambah teman baru.
Selain
sebagai sarana untuk tetap bersilaturahmi dengan teman lama, Facebook juga bisa
digunakan untuk menambah teman baru. Bahkan bisa dikatakan, hampir sebagian
besar pengguna Facebook (termasuk saya) lebih banyak tidak mengenal teman yang
ada dalam akun Facebook-nya, dengan kata lain hanya sekedar menambah jumlah
teman dalam friendlist.
3. Sumber
berita yang termudah.
Seperti
yang saya katakan di paragraph sebelumnya jika dengan Facebook saya bisa
mendapatkan berita-berita yang saya inginkan karena memang biasanya para
pemilik website ataupun pemilik sumber berita memiliki sebuah fanpage yang
mereka gunakan sebagai tempat untuk menyebarkan berita yang mereka punyai pada
para pengguna Facebook.
4. Sarana
promosi barang dan jasa.
Saat
ini, banyak sekali orang yang mempromosikan barang dan jasanya melalui
Facebook. Contoh yang saya jumpai adalah banyaknya clothing atau distro online
yang menawarkan produk-produk pakaian yang ready
stock, sedang dibuat atau akan dibuat. Selain itu, banyak pula toko-toko
elektronik yang menawarkan barang-barangnya di Facebook.
5. Sarana
promosi website atau blog.
Selain
barang dan jasa yang dapat dipromosikan, website atau blog pun dapat menjadi
bahan promosi dalam akun Facebook. Seperti contoh pada point nomor 2 diatas,
dimana para pemilik sumber berita mewartakan beritanya kepada para pengguna
akun Facebook dengan maksud untuk menambah pengunjung websitenya atau mungkin
menambah penghasilan dengan ptc atau pay
to click yang disediakan oleh beberapa search
engine.
6. Sarana
mencari jodoh
Berdasarkan
pengalaman yang saya dapatkan dengan melihat kawan-kawan yang ada dalam
friendlist saya, ternyata ada beberapa orang yang sebelumnya tak pernah kenal
dan berjumpa di dunia nyata kemudian bertemu jodohnya di Facebook lalu menikahi
orang yang dianggapnya jodoh tersebut.
Sedangkan sisi negatif saya
rasakan, diantaranya :
1. Salah
satu sumber perceraian.
Menurut
sumber berita dari media online ataupun surat kabar yang pernah saya baca bahwa
Facebook pun bisa menjadi pemicu perceraian di kalangan masyarakat, belakangan
ini. Alasannya ada pada point nomor 2.
2. Sumber
perselingkuhan.
Ada
sebuah lagu dari Grup Band Gigi yang berjudul My Facebook dimana pada lagu itu
diceritakan bahwa orang yang ada dalam lagu itu bertemu dengan seorang mantan
kekasih yang sudah lama hilang, akan tetapi orang itu pun sudah memiliki
kekasih yang saat ini jadi istrinya.
Berdasarkan
dari lagu itu, Facebook selain menjadi sarana untuk bertemu dengan teman-teman
lama juga bisa menjadi sarana untuk bertemu kekasih lama ataupun orang-orang
lain yang telah lama dikenal sebelumnya.
3. Sarana
untuk berdebat kusir.
Yang
saya alami selama ini adalah, bahwa ketika ada sebuah postingan, apakah itu
postingan status, tautan ataupun foto yang ada tulisannya. Atau bahkan
postingan apapun, pasti ada orang yang menyukainya ataupun tidak menyukainya.
Dan semua orang yang menjadi friendlist dan fanpage berhak untuk mengomentari
postingan tersebut. Akan tetapi, postingan itu bisa menjadi masalah ketika
orang yang mengomentari negative atau kontra dari postingan yang dikirim saling
beradu argumentasi dengan si pemilik postingan. Masih lebih baik, jika adu
argumentasi tersebut berdasarkan ilmu yang diketahui, tapi banyak pula yang
hanya asal komen dan jawabannya hanya berdasarkan “pernah mendengar” tanpa
menunjukkan rujukan aslinya. Sampai akhirnya menjadi debat kusir alias debat
antara orang-orang bodoh yang tak paham apa yang didebatkan karena terlalu
melenceng jauh dari pembahasan.
4. Sarana
untuk menghina atau menjelekkan orang lain.
Di
beberapa fanpage dan grup yang saya temui, khususnya fanpage dan grup sepakbola
yang berisi para supporter kesebelasan tertentu, didalamnya akan terlihat jika
sebagian pengguna facebook yang juga supporter menghina tim lawannya dengan
kata-kata yang kasar dan tak pantas.
5. Addictness
atau kecanduannya bisa melebihi narkoba.
Inilah
yang saya rasakan dengan facebook ini. Addictness yang tinggi. Mungkin untuk
beberapa orang, membuka akun facebook hanya untuk sekedar melihat perkembangan
atau perubahan hidup dari kawan-kawan mereka. Akan tetapi, bagi saya dan
beberapa orang lainnya, satu hari tanpa membuka facebook rasanya seperti makan
sayur tanpa garam alias hambar. Bahkan ketika out dari facebook selama beberapa
hari pun, ada yang kemudian bertanya, “Kemana aja? Kok sekarang jarang
facebook-an?”.
Selain
itu, ada juga orang yang bingung buat bikin status sampai nulis, “Eh, gue mau
bikin status apa ya?” atau “Maaf, hari ini saya sedang ga mood bikin status.”
pada postingan status di facebooknya.
Dari
beberapa orang yang saya lihat di sekitar, ada beberapa tipe orang yang terkena
facebook addictness, yaitu :
-
Kecanduan Sangat Berat : Yaitu orang
yang bukan hanya tiap hari membuka facebook, tapi tiap detik, menit dan jam
selalu membuka facebook.
-
Kecanduan Berat : Yaitu orang yang
setiap hari membuka facebook dan hampir setiap jam atau setiap 2 jam membuka
akun facebooknya. (contohnya adalah saya sendiri)
-
Kecanduan Ringan : Yaitu orang hanya
setiap satu hari sekali untuk membuka facebook dan hanya sekedar untuk melihat
notifications atau pemberitahuan yang ada.
-
Kecanduan Super Ringan : Yaitu orang
yang hanya facebookan ketika datang ke warnet saja untuk membuka facebooknya
dan tak tentu kapan akan ke warnet lagi.
-
Tidak kecanduan : Yaitu orang-orang yang
tidak punya facebook dan orang yang sudah menonaktifkan akun facebooknya.
6. Sarana
untuk mengeluh, riya dan sifat tak terpuji lainnya.
Sisi
negative yang saya sampaikan ini mungkin lebih berhubungan dengan status-status
yang dibuat si pemilik akun. Banyak orang yang membuat status mengeluh tentang
segala hal, ada yang mengeluh tentang ini dan itu. Misal : “Iih.. hujannya kok
turun sekarang sih?”
Ulasan ini saya buat setelah saya
sempat untuk tidak membuka facebook selama satu minggu dan berfikir tentang
sisi positif dan negatif dari facebook yang saya rasakan. Bagi beberapa orang,
mungkin ulasan dan tulisan yang saya buat ini tidak sesuai dengan pribadinya.
Tapi bagi beberapa orang lain mungkin bisa sesuai. Dan seperti yang saya
katakan sebelumnya jika facebook adalah sebuah alat dan sarana seperti pisau
yang bisa digunakan untuk hal positif dan negatif tergantung orang yang
menggunakannya. Dan jika ada sesuatu yang bermasalah maka yang salah itu bukan
facebooknya tapi orang yang memakainya.
0 komentar:
Posting Komentar