Translate

Mimpi dibentuk dari imajinasi dan kreativitasmu. Mimpi adalah cerita dari masa lalu atau keinginan yang kuat untuk masa depan. Jangan lelah untuk bermimpi, karena hidup berawal dari mimpi.

Jumat, 16 April 2010

Korupsi Kecil-Kecilan...

Damri : moda transportasi rakyat.
Hampir seminggu sekali, saya selalu menggunakan Bus Damri.  Begitu banyak cerita yang tersaji di dalam Bus itu. Di Kota Bandung, ada 2 tipe Damri yang selalu menjelajah kota Bandung, yaitu Bus Damri Ekonomi dan Bus Damri AC. Dan perbedaan tarif harga antara 2 Bus ini hanya Seribu Dua Ratus Rupiah. Jika Bus Damri Ekonomi jauh-dekat tarifnya hanya Rp 1.800,- sedangkan Bus Damri AC jauh-dekat tarifnya Rp 3.000,-.

Jujur, saya lebih nyaman menggunakan Bus Damri AC. Walaupun terkadang lebih banyak Bus DAMRI AC yang AC nya itu seperti kipas angin dalam ruangan tapi kenyamanan itu tak bisa tergantikan.
Karena dalam bus AC itu satu hal yang pasti yang tak ada di dalamnya yaitu : Rokok! Sudah menjadi hal yang lumrah jika dalam ruangan ber-AC kita tidak diperbolehkan untuk merokok. Dan itulah kenyamanan yang cukup pantas untuk tarif 3000 Rupiah dalam Bus AC.


Akan tetapi, bahasan saya kali ini bukanlah masalah kenyamanan menggunakan bus Damri AC melainkan pada kondektur Bus Damri Ekonomi. Jika pada Bus Damri AC, kita bisa bayar dengan uang pas sebesar Rp 3.000,- atau dengan uang yang lebih besar daripada itu. Bisa dipastikan kemungkinan untuk mendapatkan uang recehan itu sangat kecil sekali. Dan ketika, menggunakan bus DAMRI Ekonomi yang tarifnya hanya Rp 1.800,-, saya selalu mengeluarkan uang Rp 2.000,- karena sangat jarang sekali memiliki uang recehan dan otomatis seharusnya mendapatkan kembalian sebesar Rp 200,-. Akan tetapi pernah beberapa kali terjadi, Bapak Kondektur tidak mengembalikan uang recehan yang seharusnya dikembalikan pada saya. Memang uang receh dua ratus perak itu nggak ada apa-apanya bahkan mungkin bagi banyak orang tidak berharga (termasuk saya), karena saya sendiri labih suka memberikan uang kembalian itu pada pengamen di dalam Bus Damri itu. Dan ketika saya melihat penumpang lain, ternyata nasibnya sama dengan saya.

Walaupun hanya Dua Ratus Rupiah, bagi saya itu sama saja dengan korupsi. Korupsi kecil-kecilan!!! Karena Dua Ratus Rupiah itu hanya dari satu orang penumpang seperti saya. Bisa dibayangkan jika lebih dari seribu penumpang di Bandung yang mengalami nasib yang sama dengan saya. Korupsi tetaplah korupsi! Mau besar, mau kecil tetap aja itu adalah korupsi.

Wahai para kondektur Nakal! Sadarlah, Pak! Jika hal seperti itu memang sengaja anda lakukan! Anda tak ubahnya seperti para koruptor kakap yang sering anda hina dan umpat dalam pembicaraan anda dan teman-teman ketika melihat kasus korupsi di Negeri ini. Selain itu, nafkah yang anda berikan pada anak dan istri anda tidak akan pernah ada barokahnya sama sekali. Bahkan yang anda berikan ke dalam perut anak dan istri anda itu adalah api neraka.

Kepada para petinggi Perum Damri, saya tidak pernah bermaksud untuk menjelek-jelekkan perusahaan anda. Akan tetapi, yang namanya oknum dalam setiap instansi itu pasti ada. Dan oknum itulah yang membuat citra dari suatu instansi itu menjadi tercemar. Dan saya juga percaya, jika masih ada kondektur yang baik dan jujur di kalangan kondektur DAMRI. 

0 komentar:

Posting Komentar

OhBelog!

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites