Translate

Mimpi dibentuk dari imajinasi dan kreativitasmu. Mimpi adalah cerita dari masa lalu atau keinginan yang kuat untuk masa depan. Jangan lelah untuk bermimpi, karena hidup berawal dari mimpi.

Senin, 01 Agustus 2011

Iraha Kawin ?

Kejadian ini saya alami semalam ketika sedang mendengarkan ceramah tarawih, saya mengobrol dengan salah satu sahabat saya sejak kecil. Namanya adalah Yazid Isya. Waktu itu, obrolan saya dengan beliau adalah ketika saya bertanya, “Zid, iraha rek kuliah?” (Zid, Kapan mau kuliah?). Saya bertanya seperti itu karena memang saya dan beliau hanya menamatkan sekolah sampai SMA/Sederajat dan tidak sampai kuliah.

Beliau pun menjawab, “Sir, ayeuna mah saya teu mikiran kuliah. Tapi keur mikiran hayang boga budak.” (Sir, sekarang saya tidak memikirkan kuliah. Tapi lagi memikirkan ingin punya anak.)

Beliau pun melanjutkan dengan bertanya, “Ayeuna didinya rek iraha (boga budak?)” (Sekarang kamu kapan mau (punya anak?)).

Saya pun hanya menjawab sambil tertawa terpaksa, “Tong boro boga budak, nikah na oge acan.” (Jangankan punya anak, nikahnya aja belum).

*** ***
Pertanyaan ‘Iraha Kawin” atau “Kapan Nikah?” dalam Bahasa Indonesia menjadi pertanyaan yang sering dilontarkan kepada orang-orang yang umurnya berada pada Oktal ke -4 alias yang berusia 21-28 tahun dan masih jomblo (seperti saya). Pertanyaan ini memang sangat sederhana dan mudah dijawab tapi membuttuhkan pemikiran yang mendalam dan matang serta usaha yang keras (bagi saya).

Dahulu, ketika masih masa-masa sekolah di sebuah STM di Kota Cimahi, saya sempat punya cita-cita untuk nikah pada usia 23 tahun. Namun, ketika menginjak usia 20 tahun rencana itu pun bergeser menjadi pada usia 24 tahun. Lalu, sekarang ketika usia saya sudah 23 tahun dan Desember mendatang akan menjadi 24 tahun, target itu kembali bergeser menjadi jangka waktu yang tidak ditentukan. Saat ini, pergeseran target itu terjadi karena pertimbangan “materi”. Saya tak ingin ketika saya menikah kelak, saya masih menjadi “benalu” dalam keluarga.

Saya sadar diri jika akhirnya saya mesti mandiri dan berdikari. Sangat tak mungkin saya meminta bantuan biaya nikah pada orangtua, karena ayah saya sudah meninggal dan ibu saya sudah cukup tua dan beliau adalah orang yang seharusnya saya beri dan bukan orang yang saya mintai. Walaupun ada kemungkinan untuk meminta bantuan kepada kakak-kakak saya (saya adalah seorang anak bungsu), akan tetapi saya tak mau terus-terusan menjadi “benalu” kepada kakak-kakak saya.


Jika dahulu pada usia 18 – 21 tahun, jika ditanya ingin menikah dengan siapa pasti saya akan menjawab dengan wanita yang saya sukai dan saya taksir pada saat itu. Akan tetapi jika saat ini saya ditanya ingin menikah dengan siapa, maka saya akan menjawab TIDAK TAHU walau hati kecil berkata ingin tetap dengan orang yang sama seperti yang saya sukai pada usia 18 – 21 tahun itu.
Saya akan menjawab tidak tahu karena seperti yang dikatakan oleh seorang teman saya, “Jodoh mah jorok jiga (punteun) tai hayam. Cret diditu, crot didieu.. Dimana weh ayana.” (Jodoh tuh jorok kayak (maaf) tahi ayam. Cret disana, crot disini.. Ada dimana-mana.). Alasan lain dalam jawaban ‘tidak tahu” saya adalah karena jodoh adalah sebuah misteri. Banyak contoh dalam kehidupan sehari-hari serta dalam gossip selebritis, bahwa pernikahan yang mereka bangun mesti dengan perceraian, padahal mereka telah menikah puluhan tahun atau yang sudah pacaran sekian tahun. Atau misalnya, contoh sepasang suami istri yang menikah padahal baru saling mengenal selama beberapa bulan.

Ada pepatah yang mengatakan jika, “Jodoh itu di Tangan Tuhan.”. Pepatah itu memang benar adanya bahwa manusia tidak pernah tahu pasti siapa yang akan menjadi jodohnya. Akan tetapi, kata kakak kelas di STM berkata, “Apakah masih akan tetap membiarkan jodohmu di Tangan Tuhan? Ambillah dia segera.”. Ya, dalam ungkapan kakak kelas saya tersebut tersembunyi makna bahwa jodoh adalah suatu takdir yang bisa diusahakan. Artinya kita bisa memilih dengan siapa kita ingin berjodoh. Apakah dengan orang yang kita sukai? Apakah dengan pilihan orang tua? Apakah dengan seseorang yang tidak pernah kita kenal sebelumnya? Atau dengan siapapun yang membuat kita setuju untuk menjadi jodohnya dan menikahinya?

Jadi kapan saya akan menikah? Saya tak tahu pastinya, tapi target saya maksimal usia 26 tahun sudah tercapai.
Dengan siapa saya akan menikah? Wallahu a’lam bishshawwab.

0 komentar:

Posting Komentar

OhBelog!

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites