Translate

Mimpi dibentuk dari imajinasi dan kreativitasmu. Mimpi adalah cerita dari masa lalu atau keinginan yang kuat untuk masa depan. Jangan lelah untuk bermimpi, karena hidup berawal dari mimpi.

Jumat, 08 Juli 2011

TKI = Bukti Kegagalan Pemerintah

Beberapa minggu ke belakang, ramai sekali pemberitaan mengenai derita TKI terutama yang bekerja di daerah Jazirah Arabia. Contoh yang paling sering dimunculkan oleh pemberitaan di media massa adalah kasus Ruyati yang telah dihukum pancung pada hari Sabtu, 18 Juni 2011 karena diduga membunuh majikannya, serta kasus Darsem beserta ratusan TKI lainnya yang bersiap menghadapi nasib serupa seperti Alm. Ruyati. Kasus seperti itu laksana gunung es, dimana yang tidak tampak jauh lebih besar dibandingkan dengan apa yang tampak.

Setelah kejadian semacam ini muncul ke permukaan, dan juga setelah media massa dan keluarga TKI yang menjadi korban memberitakan hal tersebut. Maka pemerintah seperti “kebakaran jenggot” berpidato di ILO membicarakan masalah seperti ini yang sejatinya hanyalah bentuk perbaikan citra politiknya supaya dilihat tidak “LAMBAT” dan nampak “PEDULI”. Padahal sejatinya, dengan munculnya kasus Alm. Ruyati yang akhirnya dihukum pancung itu merupakan tanda bentuk kelalaian dan sikap lambat pemerintah serta sikap cuek pemerintah pada rakyatnya.

Jika media massa dan keluarga TKI lebih banyak menyoroti kesalahan pemerintah pada sikap lamban yang mereka perbuat, maka saya lebih menyoroti kesalahan pemerintah yaitu pada hal PEMBUKAAN LAPANGAN PEKERJAAN. Ya, hal itulah yang merupakan salah satu alasan mengapa banyak orang yang tergiur untuk menjadi seorang Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri, baik itu yang legal maupun yang illegal.
Selain itu, anggapan bahwa jika menjadi TKI mereka akan mendapatkan gaji yang lebih besar daripada hanya bekerja di negeri sendiri serta melihat masa depan yang lebih terjamin dengan gaji yang lebih besar itu sehingga mereka bisa membuat usaha sendiri jika kembali ke kampung halaman.

Dan saya sendiri pun beranggapan jika menjadi TKI di luar negeri adalah salah satu cara menjadi kaya tanpa harus mendzalimi orang lain. Asumsi saya itu muncul melihat kemungkinan pandangan masyarakat jika ada seseorang yang hanya tinggal di Indonesia tiba-tiba menjadi orang kaya hanya dalam beberapa tahun yang singkat. Kemungkinan itu adalah :

1.    Mendapatkan hadiah / warisan
2.    Hasil Korupsi
3.    Menjadi pelaku ritual sesat semacam, pemujaan terhadap sesuatu atau pelaku Babi Ngepet.

Akan tetapi jika menjadi seorang TKI yang bekerja di luar negeri, maka kemungkinan pandangan masyarakat adalah, “Oh.. pantes gaji di negeri A kan memang besar. Ya pantes jadi kaya juga.”


Ada hal yang cukup menggelikan untuk saya ketika menonton berita di Televisi beberapa hari setelah kasus Alm. Ruyati mencuat ke publik yaitu bahwa Anggota DPR dan Pemerintah akan menganggarkan sekian miliar rupiah (saya lupa nominalnya) yang diambil atau dipotong dari anggaran yang seharusnya diberikan / hak dari anggota DPR dan Pemerintah untuk membuatkan lapangan pekerjaan bagi para TKI yang bermasalah dan dipulangkan dari Jazirah Arabia.

Hal itu, (jujur) merupakan langkah yang sangat bagus yang dilakukan oleh Pemerintah, akan tetapi kemanakah mereka berada sebelum kasus Alm. Ruyati ini muncul ke permukaan? Mengapa bukan dari sejak dahulu saja mereka fokus untuk mendirikan lapangan pekerjaan bagi rakyatnya? Mengapa baru saat ini mereka sadar tentang kewajiban mereka menjaga rakyatnya, bukan hanya pada saat perang tapi juga dalam damai? Sekali lagi saya tegaskan jika TKI adalah Bukti Kegagalan Pemerintah dalam Menyejahterakan Rakyatnya.

0 komentar:

Posting Komentar

OhBelog!

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites